Langsung ke konten utama

Belum ada judul 2...

Kondisi tak nyaman 1

"Dik Sari, bangun"...aku mencoba membangunkan keponakan suami Kakak yang sudah aku anggap seperti adik perempuanku sendiri...

"Iya, mbak Rita..ada apa??" Tanyanya lagi sambil mengucek kedua bola matanya, karena terasa berat untuk membukanya...

"Minta tolong bangunin mas Tito ya, Dik...Aku akan membangunkan mbah Kakung dan mbah Uti..."jawabku lagi sambil menghampiri kantong tidur Bapak kemudian kantong tidur Mama...

"Baik, Mbak" jawab Dik Sari sambil bergegas menghampiri kantong tidur mas Tito...

Lebih kurang 3 bulan ini rumah sakit Cipto Klinik Kencana berfungsi sebagai tempat tinggal kami semua...
Aku pergi dan pulang kerja selalu kembali ke gedung putih yang terletak diseputaran stasiun KRL Cikini ini...
Begitupula suami kakakku...hanya Adikku Sari yang lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah Bringin dan mengurusi rumah dikarenakan tugas pekerjaan Dik Sari sebagai tenaga medis perawat disalah satu rumah sakit swasta di Depok.

Tetapi beberapa hari ini Dik Sari diminta untuk mengambil cuti oleh Mas Tito dikarenakan melihat kondisi Kakak yang semakin melemah...

Ini bukan pertama kalinya dari 3 bulan terakhir perawatan intensif Kakak sejak bulan Desember 2017. Beberapa kali kami dihadapkan kepada kondisi Kakak yang tiba-tiba mengalami penurunan...Walaupun setelahnya kakak dapat melewati fase tersebut dengan baik dan kakak masih bisa kembali tersenyum dengan mengenali wajah juga nama kami satu persatu kembali...

Ya Rabbi...berilah kekuatan kepada kami semua teruntuk Ibunda dan Ayahandaku tercinta...

Aku sangat bisa membaca raut kesedihan yang sangat dalam dari wajah Ibundaku...

Mama selalu bercerita dengan berlinangan airmatanya, betapa Beliau sangat bahagia pada saat mengandung Kakak di rahim Beliau dulu...

Betapa bahagianya Mama melihat bayi Kakak yang sangat sehat dan sempurna tak kurang satu apapun terlahir didunia ini...
Bayi Kakak sangat montok dan sehat juga lincah...
Mama terus menceritakan perkembangan Kakak dari masa ke masa dengan perasaan suka cita walaupun airmata Mama terus mengalir dan aku tak mampu untuk mengatakan apapun selain larut dalam cerita Beliau dan menemani Beliau menitikkan air mata...maafkan kami Ya Rabbi..

Bapak yang tak pernah menampakkan kesedihannya dihadapanku sesering Ibundaku, aku sangat mengerti kesedihan yang ada dihati Bapak...Aku pernah mendapati Bapak menitikkan airmata Beliau ditengah-tengah doa kami bersama...I love you Bapak...

"We love you Kak...so much...I love you, Kak"...bisikku ditelinga Kakak setiap aku berdoa dan berdzikir disebelah Kakak...

"I love you, Bu"...lirih itu pula yang sering kudengar dari Mas Tito setiap berdoa disebelah Kakak...

"Bapak dan Mama sayang Kamu, Anakku"...seperti itu pula yang aku dengar dari Bapak dan Mama, Kak...

Kalimat yang terus kami ucapkan diantara dzikir dan doa kami kepada Rabb kita yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Lembut, Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa-doa hambanya...

Pintu ruang perawatan Kakak dibuka, dan 2 orang berseragam orange dan hijau, masuk memeriksa Kakak yang sedang tertidur dan menghampiriku yang sedang berdiri disebelah dipan Kakak...

"Malam ini, sepertinya Ibu harus mendapatkan perawatan yang lebih intensif dikarenakan alat oksigen yang saat ini terpasang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya" kata Suster itu menjelaskan kepadaku

"Saya tinggal sebentar ya, Mbak"..."Saya konsultasikan dengan Dokter jaga dan Prof. Sufri dulu, nanti akan saya beri kabar kembali."

"Baik, Suster" jawabku...


Kondisi tak nyaman 2

"Suster memberi informasi bahwa Kakak harus segera dipindahkan ke ruang ICU, Mas Tito...dikarenakan oksigen yang terpasang tidak mampu mencukupi kebutuhan pernapasan kakak...alat yang sedang terpasang ini hanya mampu memompa kurang dari 90 persen...padahal Kakak harus mencapai angka 98 persen seperti manusia biasanya, minimal diangka 90 persen." ...penjelasanku yang panjang lebar ditengah malam yang sepi, yah jam 01.30 waktu itu...

"Dan ini ada form persetujuan yang harus dilengkapi oleh anggota keluarga...kesepakatan tindakan medis yang harus dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap pasien..inilah alasanku membangunkan Mas Tito, Bapak, Mama dan dik Sari pada tengah malam ini"...penjelasanku yang sangat panjang, dan mudah"an mampu dicerna dengan baik walaupun suami Kakak, Bapak, Mama dan dik Sari baru dibangunkan dari tidur lelapnya...

Sejak Kakak bolak balik perawatan di rumah sakit, kami memang bergantian untuk menemani kakak...Berdoa dan berdzikir terus untuk Kakak yang terlelap dengan bantuan oksigen yang tersambung...
Jadwal ku menemani kakak memang di jam tengah malam sampai waktu subuh datang...

Berjaga disebelah dipan kakak, siapa tau Kakak membutuhkan sesuatu dan berjaga bila ada dokter jaga visit seperti malam ini yang membawa perkembangan terkini Kakak dari serangkaian pengobatan dan terapi yang Kakak jalani dan lalui dari pagi hingga jam 23.00 malam, ataupun sekedar memberikan informasi dari hasil kunjungan tengah malam Dokter jaga yang melihat kondisi kesehatan Kakak pada setiap tengah malamnya...

"Dari awal menjalani pengobatan ini, kami semua anggota keluarga sudah sepakat bahwa kami akan memberikan dan melakukan yang terbaik untuk Kakak...tidak peduli berapapun biaya yang harus dikeluarkan dan dimana tempat akan dilakukannya pengobatan."...penjelasan suami Kakak malam itu...

"Sekarang tergantung Bapak dan Mama, apakah Bapak dan Mama setuju juga ridho??" Tanya Mas Tito kepada Beliau berdua...

"Kami setuju, Nak Tito"...jawab Bapak dan Mama bersamaan...

"Saya juga setuju, Mas Tito..." jawabku...

"Setelah saya membaca form persetujuan tindakan yang akan dilakukan pihak rumah sakit terhadap mbak Elen, saya juga setuju"...jawab adik Sari

"Baik, akan saya tanda tangani form persetujuannya dan mengantarkannya kembali ke dokter jaga dan perawat yang sedang piket tengah malam ini"...jawab Mas Tito sambil membubuhkan tanda tangannya...

Raut muka kelelahan dari wajah" kami tidak akan bisa berbohong bahwa energi dan pikiran kami semua terpusat pada perkembangan Kakak...

"Biar saya dan dik Sari saja yang mengantarkan form persetujuannya ke Suster jaga di pos depan" jawabku menawarkan diri...

"Ayo dik, kita ke depan...setelah itu kita packing..Siapa  tau langsung tengah malam ini juga pengobatan Kakak akan dipindahkan ke ruang perawatan intensif" ajakku kepada dik Sari


Dialog berdua pada malam sebelumnya...

Aku menghampiri dipan Kakak dan bertanya "Ada apa, Kak? Kenapa kakak menangis?" Tanyaku kepada kakak dengan masih mengenakan perlengkapan solatku...
"Nanti mama dan Bapak juga Mas Tito ikut terbangun, Kak"...
"Kasian kalo istirahat beliau bertiga terganggu...Bapak sama Mama sudah cukup letih seharian menunggu Kakak...Mas Tito juga capek kerja trus tadi juga sudah menjaga Kakak"...

Kakak masih menangis juga. Aku ambil tissue dan menghapus airmata yang membasahi pipi kakak...

"Aku berdoanya terlalu keras ya, Kak? Suaraku membuat kakak terbangun dari istirahat Kakak ya?" Tanyaku lagi...

"Kita kan sudah berjanji tidak akan menangisinya tetapi kita akan selalu berdoa dan berusaha" Kataku lagi...

Aku lihat bibir kakak mulai tersenyum walaupun dengan airmata yang masih terus mengalir...

"Airmata apa ini, Kak?"
"Airmata kesedihan kah?? Atau apa, Kak?

"Kita istighfar ya, Kak...jangan biarkan syaitan membisikkan kesedihan yang akan mengotori keikhlasan kita"...kataku tersenyum sambil masih menghapus airmata kakak dan berusaha untuk menenangkan jiwaku untuk tidak ikut larut dalam tangisan kakak..

"Aku gak menangis sedih, Dik...Aku bahagia dengan mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT..."jawab Kakak dengan linangan airmata yang mengalir dikedua pipi kakak...

"Aku bahagia, dik.."

"Aku masih ingin dapat menyaksikan pernikahanmu kelak..."jawab Kakak masih dengan linangan airmata dikedua pipinya...

"Kakak sayang Kamu, Dik"..kata Kakak sambil menatap kearahku...

Aku genggam jemari dan telapak tangan Kakak dengan hangatnya...

Ya Rabbi, jangan biarkan airmataku jatuh, aku tak ingin menangis dihadapan kakak malam ini...

"Kakak yakin dan percaya terhadap takdir dan ketetapan Allah SWT kan?"

"Dan bahwa kita terlahir di dunia ini dengan membawa satu paket jalan cerita kehidupan yang berbeda-beda yang sudah Allah SWT tuliskan untuk kita di lauh mahfuz..."

"Apa yang harus dikhawatirkan dari aku, Kak? Allah SWT sudah menjamin hidupku, hidup Kakak, hidup kedua orang tua kita, hidup 2 adik laki" Kakak, anak Kakak dan Suami Kakak..."

"Sekarang ini yang paling penting bagiku adalah kesehatan Kakak.."

"Sudahlah sewajarnya seorang saudara memberikan yang terbaik untuk saudaranya, Kak"

"Itulah gunanya kita bersaudara"..Jawabku yang sangat panjang sambil terus aku genggam erat tangan Kakak...

Aku melihat airmata yang jatuh dari pipi Kakak sedikit berkurang...dengan semua penjelasanku dan usahaku untuk terus memberikan semangat pada diriku sendiri yang lebih layak dikuatkan daripada Kakak malam itu...

"Daripada malam ini kita menangis, energi kita jadi gak berguna dan gak dapat apa-apa...lebih baik kita berdoa ya, Kak...

Ayo kita berdoa, Kakak berdoa di atas dipan dan aku bisa melanjutkan doaku kembali"...jawabku sambil memperbaiki selimut dan posisi tempat tidur Kakak...

"Tapi doanya jangan kencang-kencang nanti Beliau bertiga terganggu dan terbangun, Kak"...candaanku lagi

"Boleh menangis pas berdoa, tetapi setelahnya harus dihapus ya...harus tetap bersyukur karena sampai saat ini Kakak masih diberikan kehidupan, kita semua sayang Kakak...

"Iya, Dik"...anggukan Kakak

"Jangan berpikir apapun selain rasa syukur kita kepada Allah SWT semata"...

"Aku soadara kandung Kakak, sudah sewajarnya dan seharusnya aku melakukan yang terbaik, Kak...maafkan aku ya, Kak...kalau aku kadang masih membuat Kakak kesal"...

"Gak, Dik...Kakak sayang Kamu"...kata Kakak dengan semangatnya...

"Ayo Kakak, kita berdoa"...ajakku lagi

Dan malam itu aku dan Kakak larut dalam kekhusyukan kami masing"...

"Aku sayang Kakak"....




Bersambung....

ujiannya ngetik teks ya...







Salam,




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dibuang sayang...

Dibuang sayang...sebenarnya lebih kepada pengen ngetik sesuatu aja...hehehe Iedul Fitri yang baru saja lewat masih terasa olehku. Tawa dan cerita yang lama hanya dibagi lewat layanan video call dan voice call selama pandemic era 2 tahunan. Akhirnya oleh pemerintah RI 01 diperbolehkan untuk merayakan secara offline bersama anggota keluarga. Mudik pun sudah diperbolehkan kembali, libur bersama Iedul Fitri pun sudah ditetapkan kembali mulai dari tgl 28 Mei sd 08 Juni 2022. Happy, pastinya...alhamdulillahirrabbil'alamin... Walaupun liburnya terasa singkat tapi bahagia...dan di libur lebaran tahun 2022 ini juga keponakanku Hanif berkumpul bersama... Aneka makanan dan hidangan lebaran yang penuh cita rasa Indonesia tersedia di rumah para kerabat. Pempek, Bajabuk (abon ikan) dan tumbuk ketan. Salam,

Bukber @Hanamasa, 31 Mei 2017

Ramadhan adalan bulan yang penuh berkah dan pahala. MasyaAllah, luar biasa hadiah dari Allah SWT untuk kita manusia di muka bumi ini yang tak terhingga jumlahnya. Kadang suka malu pada diri sendiri yang hina dan penuh kesilapan ini dengan mudahnya dapat ikut menikmati ciptaan Allah yang Maha Besar dan Maha dahsyat bertaburan dimuka bumi. Allahu Akbar, Allah Maha Besar dengan semua ciptaanNYA. Bulan yang penuh berkah dan limpahan rahmat juga baroqah ini idealnya kita pakai untuk melakukan banyak kegiatan yang bermanfaat untuk diri kita sendiri atau orang lain, saling berbagi, menabur kebaikan dan senyum kepada semua orang hingga memperbanyak ibadah dan introspeksi diri.  Manusia itu tempatnya khilaf, salah dan dosa. Tak ada yang sempurna didalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tak ada yang abadi di muka bumi ini. Semua selalu diawali dan diakhiri. Adanya pagi karena ada siang, adanya siang karena ada sore, adanya sore karena ada malam. Ada waktu sahur karena ada waktu ...

Dalgone Coffe Brown Sugar Stay at home versi aku

" Dalgone Coffe Brown Sugar " Stay at Home versi aku... Sejujurnya sudah lama sekali pengen buat minuman ini sejak 3 bulan yang lalu, aku nonton cara pembuatannya di stasiun Televisi Korea...Tapi terkendala gak punya mixer ataupun hand mixer...Gak punya whipping cream ...Akhirnya cari-cari nemu alternatif resep yg gak pakai mixer dan praktis..Langsung deh aku eksekusi aja... Gak pakai Whipping cream, gak pakai mixer...Hanya pakai alat sederhana yg aku punyai...maklum anak kost, mau beli perabotan yg lengkap..Nanti riweh kalo mau pindah"... Bahan Dalgone nya: 2 sdm coffe tanpa ampas merk apasaja yg ada di rumah kalian, kalau bisa ekspresso (jangan coffe instant yang 3 in one ya, gak akan bisa jadi foamnya... Aku pakai 1 sdm coffe ) 2 sdm brown sugar (bisa pakai gula putih kok kalo gak ada brown sugar, aku pakai 1 sdm brown sugar).. 2 - 3 sdm air panas...(aku pakai 1 sdm air panas)... Saringan teh yg kecil sebagai pengaduk untuk buat foamnya... Piring ukuran ...